--> Skip to main content

Model Pembelajaran Discovery Learning: Pengertian, Kelebihan, Kekurangan dan Langkah-Langkah

Pengertian, Kelebihan, Kekurangan, dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning -- Masih seputar pendidikan sama seperti dengan deskripsi dari blog ini. Pada kesempatan kali ini admin akan menjabarkan sebuah model pembelajaran yang lain selain STAD yang tergolong kedalam model pembelajaran kooperatif. Ada banyak sekali model-model pembelajaran hingga saat ini. Salah satu yang akan kita bahas kali ini adalah Model Pembelajaran Discovery Learning. Apa itu Model Pembelajaran Discovery Learning?

Model Pembelajaran Discovery Learning

Jangan terburu-buru untuk menjawab pertanyaan tersebut. Anda sebagai guru harus paham betul bagaimana karakter siswa terlebih dahulu sebelum menggunakan model pembelajaran kali ini. Oke mari langsung saja kita ulas satu demi satu. Baca juga: Model Pembelajaran Kooperatif.

Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Bruner, “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Jadi pada intinya, model pembelajaran discovery learning bukanlah guru yang harus terus-terusan menyajikan materi melainkan siswa sendiri yang mengatur dan mengorganisasi penyampaian materi. Model pembelajaran ini sangat mempermudah guru sekaligus meningkatkan kemampuan siswa agar berani bekerja sama dan menumbuhkan keberanian dalam menyajikan materi tanpa harus takut salah.

Disisi lain, Budiningsih, (2005:43) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi merupakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses pembelajaran Discovery. Jadi pada saat siswa sudah mulai terlibat dalam menemukan konsep dan prinsip dengan menggunakan mental dan daya berfikirnya maka proses pembelajaran discovery learning sudah mereka lalui. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses yang terjadi disini adalah proses kognitif dan discovery sendiri diartikan sebagai the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind. Ini merupakan pendapat dari Sund, Robert B. dalam Malik, 2001:219).

Dalam proses pembelajaran discovery learning, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa juga diharuskan memahami bahwa adanya perbedaan kemampuan antar individu. Proses pembelajaran discovery learning akan berjalan dengan sangat baik jika didukung dengan fasilitas yang baik untuk eksplorasi. Jadi guru dan perangkat sekolah yang lain setidaknya bisa menyiapkan fasilitas ini guna membantu proses pembelajaran discovery learning. Nah nantinya, lingkungan dalam model pembelajaran discovery learning ini akan disebut dengan Discovery Learning Environment dimana menjadi sebuah tempat untuk siswa-siswi bereksplorasi menemukan hal-hal atau konsep dan pemikiran yang belum mereka pahami.

Demi menunjang tercapainya model pembelajaran discovery learning maka guru harus memanipulasi materi sesuai dengan kemampuan siswa. Tujuannya adalah membuat siswa kian kreatif dan inovatif dalam menyampaikan apa yang mereka pahami sesuai dengan daya perkembangan kognitif mereka masing-masing. Sehingga, materi yang akan disajikan tidak akan timpang dengan kemampuan siswa.

Lalu, apakah hanya itu posisi seorang guru dalam mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning? Jelas tidak. Guru memiliki peran penting sebagai pemimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa agar sesuai dengan tujuan tak terkecuali juga membuat siswa belajar aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan begitu, ideologi teacher oriented tidak lagi mewarnai proses pembelajaran yang bapak ibu guru pegang. Ingat, pembelajaran yang berfokus pada siswa atau student oriented jauh lebih baik jika dibandingkan guru harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Satu catatan besar sebelum admin mengakhiri penjelasan mengenai konsep model pembelajaran discovery learning yakni bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan misalnya menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan ajar serta membuat kesimpulan diakhir pembelajaran.

Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning

Dari hasil penelitian dan pengamatan didapatkan hasil mengenai kelebihan model pembelajaran discovery learning sebagai berikut ini.
  1. Meningkatkan berbagai macam ketrampilan kognitif siswa.
  2. Meningkatkan daya ingat, pengertian dan transfer ilmu.
  3. Meningkatkan rasa senang pada siswa karena berhasil menemukan sesuatu.
  4. Meningkatkan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan sendiri.
  5. Mengarahkan kegiatan belajar siswa yang didasari dengan motivasi dan akal yang tinggi.
  6. Meningkatkan kerja sama antar teman dan pada akhirnya siswa kian percaya diri.
  7. Proses pembelajaran berpusat pada siswa. Ingat, siswa dan guru sama-sama aktifnya dalam memberikan gagasan-gagasan.
  8. Guru bisa menjadi seorang peneliti dalam ruang diskusi ini.
  9. Guru bisa menjadi murid. Dan Murid bisa menjadi seorang guru sementara.
  10. Membantu siswa dalam menghilangkan rasa keragu-raguan dalam menyimpulkan hasil belajar.
  11. Membantu pemahaman siswa mengenai konsep yang lebih baik.
  12. Mendorong siswa agar bertindak sesuai dengan inisiatif sendiri.
  13. Proses belajar semakin menarik.
  14. Meninggikan rasa apresiasi yang tinggi kepada siswa.
  15. Mengembangkan bakat dan kemampuan siswa secara individu.

Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning

Adapun kekurangan model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut ini.
  1. Menimbulkan rasa khawatir bagi siswa yang memiliki kemampuan biasa-biasa saja. Hal ini karena siswa akan cenderung menyiapkan asumsi belajar terus menerus sebelum pelajaran dimulai. Hingga pada akhirnya tiba pada anak yang kurang pandai, mereka akan kesulitan dalam menyampaikan konsep dan pola pikir secara lisan dan tulisan serta pada akhirnya mereka akan mudah frustasi.
  2. Kurang tepat jika dipakai dalam kelas besar karena membutuhkan waktu yang banyak. Pasalnya menemukan sebuah pemecahan dan teori itu bukan semudah membalikkan tangan.
  3. Model pembelajaran lama yang diusung guru dan siswa terkadang ikut campur dalam model pembelajaran discovery learning.
  4. Siswa mendapat sedikit kesempatan untuk menyampaikan gagasan terbaiknya karena biasanya gagasan terbaik selalu menjadi milik guru.
  5. Banyak dari aspek konsep, emosi dan ketrampilan yang kurang mendapatkan perhatian guru dan siswa.

Langkah-Langkah Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning

Berikut adalah langkah-langkah mengaplikasikan model discovery learning didalam kelas menurut Syah (2004:44).

Stimulasi

Siswa dihadapkan dengan sebuah masalah agar menimbulkan tanda tanya. Guru tidak boleh memberikan generalisasi. Disini guru disarankan untuk mengajak siswa agar mau mengajukan pertanyaan, membaca buku, serta lainnya sesuai dengan inisiatif sendiri dan mau menyelidiki masalah sendiri.

Identifikasi Masalah

Tahap kedua adalah identifikasi masalah. Siswa diajak untuk menemukan berbagai macam masalah yang berkaitan dengan materi belajar sebanyak mungkin. Berikutnya, siswa diminta untuk menemukan jawaban sementara atas permasalahannya. Satu saja yang diambil dari sekian banyak masalah tadi. Jadi masalah disusun menjadi pertanyaan atau hipotesis.


Pengumpulan Data

Pada saat tahap eksplorasi siswa diminta untuk mengumpulkan berbagai macam informasi yang bisa digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Sehingga pada akhirnya, siswa mengetahui hipotesisnya benar atau salah. Siswa dapat membaca berbagai macam informasi yang berkaitan dengan permasalahannya dari literature, mengamati objek, wawancara, dan melakukan uji coba sendiri.

Pengolahan Data

Semua hasil yang ditemukan pada tahap sebelumnya diolah, diklasifikasikan, dan ditabulasi sesuai dengan aturan-aturan tertentu. Dari sini, siswa diharapkan menemukan alternatif jawaban sementara dari hipotesis yang diajukan.


Pembuktian

Siswa menghubungkan temuan alternatif dengan hasil pengolahan data untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban yang mereka dapatkan. Jadi berdasarkan pada tahap pengolahan data, kemudian data ditafsirkan apakah informasi yang sudah didapatkan bisa membuktikan jawaban mereka terbukti benar.

Menarik Kesimpulan

Pada tahap akhir pembelajaran discovery learning, siswa diajak untuk menarik sebuah kesimpulan yang akan dijadikan sebagai prinsip umum. Prinsip umum ini dapat dipakai dalam hal atau masalah yang kurang lebih sama. Namun harus tetap memperhatikan hasil dari verifikasi. Ini yang disebut dengan Generalisasi. Dengan memperhatikan generalisasi dan menekankan pada pentingnya menguasai pelajaran serta prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman seseorang, itulah yang menjadi pokok model pembelajaran ini.

Penilaian

Penilaian dapat menggunakan tes ataupun non-tes. Ranah penilaian dapat diarahkan pada kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Terlebih lagi pada sikap, proses dan hasil belajar siswa.

Demikianlah paparan mengenai semua hal tentang Model Pembelajaran Discovery Learning. Semoga bermanfaat. Baca juga: Model Pembelajaran STAD.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar